Postingan

Hotel Kahyangan / sajak bebas - 13 /

Hotel Kahyangan Besok saat aku cukup kaya untuk merealisasikan hal hal gila di dalam hidup, Aku ingin membuat hotel yang berlokasi di langit ketujuh. Alasannya sederhana, Sebab aku tahu, jatuhpun butuh tenaga. Sebelum harapanmu dijatuhkan secara tiba tiba, nongkronglah dulu di hotel milikku.   Reservasi atas namamu. Menginap dan nikmati kehidupan diatas harapan. Ketika nantinya kamu sudah mengerti kapan waktu terbaik untuk jatuh, maka jatuhlah. Keluar dari hotelku dan jatuhlah dengan elegan, dengan tenang, dengan tanpa dendam. Karena jatuhmu, yang menentukan adalah kamu. Bukan orang lain.   ;orang lain bisa membawamu terbang seenak jidat mereka,   tapi jatuhmu,   tetap   semaumu. Sebab ini, hidupmu;

Pemain Baru / sajak bebas - 12 /

Pemain Baru Aku berdiam di netramu. Menghembuskan nafas tepat di depan wanita muda yang berusaha merebut singgasanaku. “siapa kamu?” kataku ragu, sebab aku tahu dia mulai memicu detak jantungmu. Dia tersenyum sembari meraba garis pipimu yang tegas,   “lupakan dia. Hilangkan dia. Aku, lebih pantas berdiri dibelakang urat nadimu” --

Cerewet / sajak bebas - 11 /

Cerewet Dalam urat nadi aku berdiam. Merapal sumpah, sungguh agar merekah. Prolog epilog menentukan tokoh, sedang mereka tetap tak tahu letak netraku. Lantai membiru, langit mengabu. Sepi, mengurung hati aku di pancaindramu. Lima limanya, aku menghadap kiblat, Berbelok mencium keningmu, “sampai jumpa lagi sayang, gamis biru berkibar aku menjemputmu. Bersama ajal memerah darah”

Tujuan-Definisi; / sajak bebas - 09 /

Tujuan-Definisi; Beberapa orang mengatakan tujuan hidupnya, Agar lebih mudah mencapainya. Beberapa orang memendam tujuan hidupnya, Agar bila gagal tak seorangpun memandang rendah dirinya. Orang itu macam macam, Dikatakan atau tidak, Bersyukurlah setidaknya kalian mengerti definisi hidup ini. Semua definisi berakhir pada pemahaman bukan?

Teori Jogjakarta / sajak bebas - 08 /

Teori Jogjakarta Kalau kamu tak ingin jatuh cinta di jogja, Jangan sekali kali datang ke jalan penuh angkringan, Iya itu yang sekarang jadi tongkrongan. Kamu tau kenapa? Kopinya genit, hujannya apalagi. Bisa bisa kalian sengaja dijebak agar hujan dan kopi menjadi topik perbincangan menghabiskan waktu yang akan terasa singkat tapi hangat. Jangan! Katanya tak mau jatuh cinta? Kalau kamu tak ingin jatuh cinta di jogja, Alun alun utara atau selatan, Tempat haram untuk dikunjungi. Kamu tau kenapa? Luasnya lapangan, tak sebanding dengan petak tempat kalian akan duduk. Sempit, bisa bisa kalian duduk berdempatan. Bukankah jika sudah begitu, Ditambah genjrengan tak seberapa milik mas mas pemusik, akan membuat angan berdampingan di pelaminan melambung tinggi? Kalau kamu tak ingin patah hati di jogja, Andong becak jangan jadi transportasi. Repot! Kamu tau kenapa? Guyonan ramah pak kusir, Ayunan nyaman pak becak, Ditambah senyum miliknya yang kau petik diam diam, Ah! Tidak!

Definisi / sajak bebas - 07 /

Definisi Malam sebelum definisi mulai disalah artikan, Aku sempatkan menulis surat. Untukmu, yang terindu. Sedikit ingin aku jelaskan, Masalah bulan dan bintang, Yang sempat kau tanyakan, "Mengapa ada bulan jika bintang sudah menenangkan?" Sederhana, Sangat sederhana jawaban milik tanda tanya itu. Namun sayangnya, Izinku belum sampai padamu. Kini, Untukmu yang aku tinggalkan, Sempatkan sedikit angan anganmu melayang, Tentang rindang hutan, Tentang rindang langit tanpa bintang, Tentang sebuah jawaban. Untukmu yang aku tinggalkan, Mengertikah kamu jika bulan adalah alasan semua bintang disalah artikan? Bintang terang tapi tak nyaman, sejatinya. Bulan redup tapi meneduh, sejatinya. Bayangkan, Jika bulan tak ada, Bintang pergi, bumi dengan siapa? Begitu pula denganmu, Jika aku tak ada, kamu pergi, kita dengan siapa? Definisi, salah arti.

Perbincangan Sebelum Kematian / sajak bebas - 06 /

Perbincangan Sebelum Kematian Untukmu, Ramaku. Sedikit ingin kuceritakan dosa milik jelitaku. Sebelumnya, Izinkan aku memberimu ucapan selamat, Selamat atas keberhasilanmu menebas kepala dirinya. Untukmu, Ramaku. Seperti yang orang lain tahu, Setiap kepergian memberikan jarak. Entah untuk masa lalu, Atau untuk masa depan. Dan kali ini, Jarak mengambilmu, Masa depanku. Untukmu, Ramaku. Ketahuilah, Sedikit sorot mataku telah mendosa karena kuberikan padanya, Sedikit sudut mulutku sempat mendosa karena tersenyum melihat rentetan puisi yang ia kirimkan untukku. Maafkanlah aku. Untukmu, Ramaku. Celakanya tingkahnya begitu manis, Begitu semilir, Sampai sampai angin senja tak berani mengetuk, Pintu kokoh yang ia bangunkan sesaat setelah kedatanganku. Untukmu, Ramaku. Tutur nya begitu lembut, Bahkan tak sempat kubayangkan dirinya, Yang kasar dan tegas seperti cerita soremu kala itu, Tak mungkin! Pintu kayu saja ia bangunkan, Agar menjagaku darinya. Mana sisi