Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2018

Definisi / sajak bebas - 07 /

Definisi Malam sebelum definisi mulai disalah artikan, Aku sempatkan menulis surat. Untukmu, yang terindu. Sedikit ingin aku jelaskan, Masalah bulan dan bintang, Yang sempat kau tanyakan, "Mengapa ada bulan jika bintang sudah menenangkan?" Sederhana, Sangat sederhana jawaban milik tanda tanya itu. Namun sayangnya, Izinku belum sampai padamu. Kini, Untukmu yang aku tinggalkan, Sempatkan sedikit angan anganmu melayang, Tentang rindang hutan, Tentang rindang langit tanpa bintang, Tentang sebuah jawaban. Untukmu yang aku tinggalkan, Mengertikah kamu jika bulan adalah alasan semua bintang disalah artikan? Bintang terang tapi tak nyaman, sejatinya. Bulan redup tapi meneduh, sejatinya. Bayangkan, Jika bulan tak ada, Bintang pergi, bumi dengan siapa? Begitu pula denganmu, Jika aku tak ada, kamu pergi, kita dengan siapa? Definisi, salah arti.

Perbincangan Sebelum Kematian / sajak bebas - 06 /

Perbincangan Sebelum Kematian Untukmu, Ramaku. Sedikit ingin kuceritakan dosa milik jelitaku. Sebelumnya, Izinkan aku memberimu ucapan selamat, Selamat atas keberhasilanmu menebas kepala dirinya. Untukmu, Ramaku. Seperti yang orang lain tahu, Setiap kepergian memberikan jarak. Entah untuk masa lalu, Atau untuk masa depan. Dan kali ini, Jarak mengambilmu, Masa depanku. Untukmu, Ramaku. Ketahuilah, Sedikit sorot mataku telah mendosa karena kuberikan padanya, Sedikit sudut mulutku sempat mendosa karena tersenyum melihat rentetan puisi yang ia kirimkan untukku. Maafkanlah aku. Untukmu, Ramaku. Celakanya tingkahnya begitu manis, Begitu semilir, Sampai sampai angin senja tak berani mengetuk, Pintu kokoh yang ia bangunkan sesaat setelah kedatanganku. Untukmu, Ramaku. Tutur nya begitu lembut, Bahkan tak sempat kubayangkan dirinya, Yang kasar dan tegas seperti cerita soremu kala itu, Tak mungkin! Pintu kayu saja ia bangunkan, Agar menjagaku darinya. Mana sisi

Pahit / sajak bebas - 05 /

Pahit Kata ibu, Rasa itu warna warni. Bisa biru, Hitam atau Merah muda. Suatu hari, Aku pergi ke toko buku. Membeli sedikit asupan rindu, Pada haru titik kata yang tersusun. Malamnya, Buku baru ku mengadu, Katanya, "lihat lihat, untuk apa kau beli aku? Isiku hanya tentang rindu senja. Membosankan" Tergagap aku menjawab, "Tak apa, rindu juga rasa. Senja juga tokoh. Mengapa ribut mengartikan alur?" Iya, Kata ibu rasa itu warna warni. Dan aku rasa, rinduku berwarna merah muda. Manis tapi letih, lemah? Buku baru ku tertidur, Tenggelam dalam sudut kamar, Menyadari bahwa alur itu milik para tokoh, Bukan milik penikmat. Rinduku pun terlelap, Di atas langit langit, Bersemayam, Letih. Pahit.