Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2017

6 Ayat Bertamu / sajak bebas - 04 /

6 Ayat Bertamu Satu, Ucapkan selamat petang. Semua hal perlu diawali, Meskipun datangmu seterlambat kereta akhir pekan. Dua, Angkat dagumu, Lebarkan telingamu. Tidak semua senang dengan temu, Apalagi yang akan terjadi selain berpura pura? Tiga, Lekatkan matamu dengan senyumnya. Akankah berubah menjadi tempat singgah selalu? Empat, Jangan lupa letakkan cangkirmu, Sudahkah cukup berat dengan keheningan? Lima, Pastikan label telah diletakkan satu sama lain. Berlabel itu perlu, Agar sapamu esok tak terlalu palsu. Enam, Matikan rasamu. Bertamu bukan untuk menetap, Sesopan apapun kamu mengucap, "Dapatkah esok kita bertemu lagi?"

Dan lenganku, menjadi empat, malam itu / sajak bebas - 03 /

Dan lenganku, menjadi empat, malam itu Pasar Malam, Setahun, Lalu. “ Bisakah membeli lenganmu? ” “ Tentu ” “ Berapa? ” “ Hujan,12 bulan dan pasar malam, harga lenganku ” “ Lunas! ”

Bunga abadi, matamu! / sajak bebas - 02 /

Bunga abadi, matamu! Sehari sebelum kerajaannya dihancurkan, nafasnya dihentikan, Rahwana sempat bertanya, “Jika nanti aku mati di tangan suamimu, apa yang akan kamu lakukan?” Sinta menjawab sambil sesekali memainkan puntung rokok di tangannya, “ Ya mati saja.    Mati tinggal mati.    Entah dibunuh atau terbunuh.    Bukankah itu peran semua wayang?    Untuk mati dalam perang? ” Rahwana terpaku, tangannya membeku di atas perapian yang mulai mengepul, " Sinta,   bagaimana jika aku,   ingin menjadi abadi? ” “ Abadi matamu!   Memangnya kamu bunga?   Wayang ya wayang, peranmu ya peranmu,   Bodoh! ” ----- Sinta berlalu dan Rahwana menangis. -----

911 /sajak bebas - 01 /

911 Ketika sirine berbunyi, Jantungku berdetak lebih keras, " Akankah Ia mati?” doaku dalam hati. Dibawah butir butir hujan, aku menunggu dengan sabar. Ah sial,sepertinya payungku tidak cukup untuk melindungiku, cepatlah sampai! -- Ketika tangisan mengeras, Tanganku semakin kebas, Jariku mati rasa, “Apakah Ia lengkap?” desakku riuh dalam hati. Di bawah naungan langit langit rumah sakit, aku menunggu dengan sabar. Ah sial, sepertinya aku harus duduk, atau aku akan pingsan saking senangnya! -- Ketika pintu menutup, Aku berlari mengejar orang brengsek berbaju putih itu, Ku tarik lengannya sambil kupasang senyum terlebarku, Saat saat seperti inilah, aku mencintainya sepenuh hatiku, “Ginjalnya ada?” -- “ Adikku manis, semoga mimpimu tetap indah kali ini,   orang brengsek memang tetap brengsek pada akhirnya,   tapi biarlah,   meski bukan manusia ke-15 itu yang mati,   esok pasti akan datang lagi manusia ke-16 atau ke-17 atau ma